2 Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar dan Metode Mengatasinya

Belajar dapat dikatakan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku. Perubahan? bukan berarti perubahan tingkah laku seseorang yang berada dalam keadaan mabuk atau perubahan yang terjadi ketika tangan seorang anak bengkok karena mengalami kecelakaan motor. Perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan, dan perkembangan juga tidak termasuk dalam arti perubahan dalam pengertian belajar.

Belajar tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai hal yang berasal dari dari orang tersebut dan juga dari luar diri. Maka dari itu, seseorang perlu memperhatikan hal tersebut agar proses belajar lebih efektif. selain itu, keberhasilan belajar pun dipengaruhi oleh metode yang dipakai dalam belajar. sekiranya mereka harus mencoba mengimplementasikan berbagai metode yang dikondisikan dengan keadaan saat itu.

2 Faktor Utama yang Mempengaruhi Proses Belajar! Metode Belajar Terbaik

Apa yang Dimaksud Belajar?

Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh ahli psikologis termasuk ahli psikologi pendidikan. jika disimpulkan, menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Pengertian secara umum, dapat dinyatakan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan sekitar.

Perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Selain itu perubahan yang terjadi dalam seseorang banyak sekali, baik sifat maupun jenisnya. Sebab sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.

Gagne memberikan dua definisi yang berkaitan dengan masalah belajar. pertama, belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku. Kedua, belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.

Interaksi, sudah dimulai dari masa manusia sebagai bayi dengan lingkungannya, tapi baru dalam bentuk sensori motor coordination. Kemudian adalah belajar berbicara dan menggunakan bahasa. Kesanggupan untuk menggunakan bahasa ini penting artinya untuk belajar.

Tugas pertama yang dilakukan anak adalah meneruskan sosialisasi degan temannya yang lain, atau dengan orang dewasa, tanpa pertentangan bahkan untuk membantu memenuhi kebutuhan keramahan dan konsiderasi pada anak tersebut.

Tugas kedua adalah belajar menggunakan simbolik yang menyatakan keadaan sekelilingnya, seperti gambar, huruf, angka dan sebagainya. Hal ini adalah tugas intelektual. Jika mereka sudah mampu melakukannya maka, mereka mampu belajar banyak hal setelahnya dari yang mudah sampai yang kompleks.

Gagne menambahkan juga, bahwasanya segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi bebarapa kategori, yaitu:
1. keterampilan motoris (motor skill)
Dalam hal ini perlu koordinasi dari berbagai gerakan badan misalnya melempar bola, main tenis, dan sebagainya.

2. Informasi Verbal
Orang dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis, menggambar,: dalam hal ini dapat mengerti untuk mengatakan sesuatu ini perlu intelegensi.

3. Kemampuan intelektual
Manusia mengadakan interaksi dengan dunia luar dengan menggunakan simbolik. Kemampuan belajar cara inilah yang disebut “kemampuan intelektual. Misalnya membedakan huruf m dan n, menyebut taman yang sejenis.

4. Strategi
Ini merupakan organisasi keterampilan yang internal yang perlu untuk belajar mengingat dan berfikir. Kemampuan ini berbeda dengan kemampuan intelektual, karena ditujukan untuk dunia luar dan tidak dapat dipelajari hanya dengan berbuat satu kali serta memerlukan perbaikan secara terus- menerus.

5. Sikap
Kemampuan ini tak dapat dipelajari dengan ulangan, tidak tergantung atau dipengaruhi oleh hubungan verbal seperti domain yang lain. Sikap ini penting dalam proses belajar ; tanpa kemampuan ini belajar tak akan berhasil dengan baik.

Faktor Intern (dari dalam) yang Mempengaruhi Proses Belajar


Seperti yang telah diketahui, bahwasanya belajar dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang digolongkan ke dalam dua bagian yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern pertama, yang mempengaruhi belajar adalah faktor jasmaniah.

Faktor jasmaniah yang pertama adalah faktor kesehatan. Kesehatan merupakan keadaan sehat. Sehat yaitu dalam keadaan baik, atau bebas dari penyakit. Nah, proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu. Hal lain yang mungkin ditimbulkannya adalah cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, suka mengantuk, terjadi gangguan pada fungsi indra, kurang darah dan lain.

Sebab itu, jika seseorang ingin dapat belajar dengan baik, maka haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin. Menjaga kesehatan badan bisa dilakukan dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tertentu tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi, dan ibadah.

Faktor jasmaniah kedua adalah cacat tubuh, yaitu sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurnanya bagian fisik (tubuh/badan) manusia, atau disebut tidak normal. Cacat tersebut dapat berupa kebutaan, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh, dan sebagainya. Keadaan cacat tubuh ini, juga dapat mempengaruhi belajar. mereka yang cacat belajarnya juga akan terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar dengan cara yang khusus. Cara lainnya adalah dengan menggunakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi kecacatan tersebut.

Faktor intern yang kedua adalah psikologis. Dikatakan ada tujuh faktor dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. faktor-faktor tersebut yaitu. Intelegensi, perthatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan sebagainya.

Faktor psikologis pertama adalah intelegensi. Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan diri kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

Intelegensi ini memberikan pengaruh yang besar terhadap kemajuan belajar. dalam keadaan yang sama, diantara dua orang dari dari mereka yang memiliki intelegensi yang berbeda, seseorang yang mempunyai tingkat intelegensi yang lebih tinggi akan lebih berhasil dari pada tingkat intelegensi yang lebih rendah. Walau demikian, seseorang yang mempunyai tingkat intelegensi yang lebih tinggi tersebut belum dapat dipastikan akan berhasil dalam belajarnya.

Mengapa demikian? Belajar adalah suatu proses yang sangat kompleks dengan banyak faktor yang dapat mempengaruhinya, sedangkan intelegensi hanyalah salah satu faktor dari sekian banyaknya faktor yang akan mempengaruhi. Dalam hal ini, bisa saja mereka yang mempunyai tingkat intelegensi yang normal, mampu berhasil dalam belajarnya, jika mereka belajar dengan cara yang baik dan benar. Belajar yang baik berartikan belajar dengan menerapkan metode belajar yang efisien dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi mampu memberikan pengaruh yang positif.

Faktor psikologis kedua adalah perhatian. Memperoleh hasil belajar yang baik, maka seseorang pun juga harus mempunyai perhatian terhadap objek yang dipelajari. Sebab bahan yang tidak mampu menarik perhatian, akan menyebabkan kebosanan mereka yang dianjurkan untuk mempelajarinya.
Sebab itu, bahan pelajaran tersebut harus diusahakan menjadi objek yang menarik perhatian. Cara yang dapat ditempuh adalah dengan mengusahakan objek tersebut, disesuaikan dengan hobi dan bakat mereka yang akan mempelajarinya.

Faktor psikologis yang ketiga adalah minat. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kecederungan tersebut juga diikuti dengan rasa senang. Hal ini berbeda dengan faktor perhatian, Sebab perhatian hanya bersifat sementara dan terkadang belum tentu diikuti perasaan senang.

Minat yang besar tentunya akan memberikan pengaruh terhadap belajar. artinya, bahan pelajaran yang berhubungan dengan minat yang sebenarnya akan memudahkan bahan yang dipelajari tersebut untuk dipelajari. Berlaku juga sebaliknya.

Terutama dalam dunia persekolahan, jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap suatu bahan belajar, pihak yang berkewajiban dapat mengusahakan agar mereka mempunyai minat yang lebih besar dengan cara tertentu. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita, serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari.

Faktor psikologis keempat adalah bakat. Bakat merupakan kemampuan untuk belajar. kemampuan tersebut akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata, setelah belajar atau berlatih.

Seseorang yang akan memperoleh hasil belajar yang baik, jika seandainya bahan yang dipelajari tersebut sesuai dengan bakat. Sebab, hal tersebut membuat mereka senang belajar, bahkan lebih dari itu, mereka pun akan menjadi lebih giat lagi dalam belajar pada selanjutnya.

Dalam hal ini, setiap orang yang berkepentingan harus berusaha untuk mengetahui bakat mereka yang dipentingkan atau mereka sendiri untuk memperoleh nilai tambah dalam keberhasilan belajar melalui faktor ini.

Faktor psikologis kelima adalah motif. Motif berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai. Dalam menentukan tujuan tersebut dapat disadari atau tidak. Motif dalam belajar dapat menjadi daya penggerak/pendorong untuk berbuat, agar tujuan yang inginkan dapat tercapai.

Sebab itu, dalam belajar, perlu diperhatikan apa yang dapat mendorong seseorang untuk belajar dengan baik. Dengan kata lain, harus memperhatikan motif untuk berfikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan hal yang mampu menunjang belajar.

Hal lain yang mungkin bisa dilakukan adalah dengan melakukan dan memberikan latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan yang kadang-kadang juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitar.
Faktor psikologis ketujuh adalah faktor kematangan. Kematangan dalam hal ini merupakan suatu tingkat dalam pertumbuhan seseorang. Dimana alat-alat tubuh sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Namun, Bukan berarti, seseorang dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus. Sebab itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran.

Faktor psikologis kedelapan adalah faktor kesiapan. Kesiapan dalam hal ini dapat diartikan sebagai kesediaan untuk memberi respon atau reaksi. Kesiapan ini sangat berhubungan dengan kematangan. Kesiapan tersebut dapat timbul dari dalam diri seseorang. Dalam belajar, kesiapan ini juga harus diperhatikan karena mampu memberikan pengaruh terhadap belajar.

Faktor intern yang ketiga adalah Kelelahan. Secara umumnya, kelelahan pun dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.

Kelelahan jasmani biasanya terlihat dari kecenderungan seseorang untuk membaringkan tubuhnya. Kelelahan jasmani ini disebabkan karena terjadi kekacauan subtansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak/kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.

Sedangkan untuk kelelahan rohani, dapat terlihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan. Akibatnya minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu menjadi hilang. Kelelahan ini akan terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehingga akan mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja.

Secara umumnya, kelelahan rohani terjadi karena beban pikiran. Beban pikiran tersebut misalnya terus-menerus memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi hal-hal yang selalu sama tanpa variasi, mengerjakan sesuatu karena terpaksa, hal yang dikerjakan tidak sesuai dengan bakat dan minat serta perhatian, dan sebagainya.

Disebabkan karena faktor kelelahan dapat mempengaruhi belajar, maka hendaknya menghindari kelelahan agar tidak terjadi dalam belajar. dalam hal ini perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.

Ada beberapa cara yang dipercaya mampu menghilangkan kelelahan baik rohani maupun jasmani. Cara-cara yang dimaksud sebagai berikut:
1. Tidur
2. Istirahat
3. Mengusahakan variasi dalam belajar atau bekerja.
4. Menggunakan obat yang bersifat memperlancar peredaran darah.
5. Rekreasi dan ibadah secara teratur.
6. Olahraga secara teratur.
7. Mengimbangi makan dengan makanan yang memenuhi syarat kesehatan.
8. Menghubungi ahlinya jika kelelahan sudah sangat serius.

Faktor Ekstern (dari luar) yang Mempengaruhi Proses Belajar


Seperti yang telah diketahui, bahwasanya belajar dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang digolongkan ke dalam dua bagian yaitu faktor ekstern dan intern.

Faktor ekstern yang pertama adalah keluarga. ada banyak pengaruh yang diberikan keluarga kepada anggota keluarganya terutama anak-anaknya. Pengaruh tersebut akan mempengaruhi berbagai hal tentang mereka termasuk belajar.

Pertama, Pengaruh berupa cara orangtua mendidik. Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Hal ini berartikan bahwa keluarga keluarga sangat berperan besar terhadap proses belajar anak. Orangtua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya dapat menyebabkan anak kurang atau bahkan tidak berhasil dalam belajarnya.

Mungkin saja sebenarnya anak tersebut pandai, tetapi karena memang disebabkan karena cara orang tau mendidiknya tidak benar, dapat menyebabkan kepandaian tersebut tidak akan berarti apa-apa. Mungkin juga, orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, sehingga lupa dengan cara mendidik anaknya. Lebih parah lagi kalau memang sebenarnya orangtua mereka lupa cara mencintai anaknya. Hal seperti ini dan sejenisnya akan mempengaruhi berhasil atau gagalnya sang anak dalam belajarnya.
Cara lain yang terkadang juga sering dijumpai dalam wujud nyata dalam keluarga adalah cara mendidik anak dengan terlalu memanjakannya secara berlebihan, bisa juga dikatakan sebagai cara mendidik yang tidak baik. Sebaliknya, mendidik anak dengan cara memperlakukan mereka terlalu keras pun bisa digolongkan cara mendidik yang salah.

Maka dari keterangan itu, munculah pendapat bahwa faktor intern pertama yang memegang peran utama dalam mempengaruhi belajar adalah faktor keluarga berupa cara mendidik orang tua. Dalam hal ini, mungkin bimbingan belajar yang sebaik-baiknya dapat memberikan pertolongan terhadap mereka. Apabila, terjadi kesalahan atau ketidakbenaran, maka bimbingan dan penyuluhan sangat diperlukan.
Kedua, pengaruh berupa relasi antar anggota keluarga. Paling penting dalam konsep relasi keluarga ini adalah hubungan antara orangtua dan anak. Setelahnya adalah relasi antara seorang anak dengan saudara. Selanjutnya adalah relasi antara anak dengan anggota keluarga lainnya. Semua itu dapat memberikan pengaruh terhadap anak dalam belajar.

Wujud relasi yang mungkin timbul mungkin saja positif seperti hubungan yang penuh kasih sayang, atau mungkin juga negatif seperti hubungan yang penuh dengan kebencian yang berlebihan.
Dalam konsep relasi keluarga ini berhubungan erat dengan cara mendidik orangtua. Sehingga, demi kelancaran belajar dan keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga. hubungan yang baik yang dimaksud misalnya hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan. Selain itu dalam keluarga sepertinya perlu juga diterapkan hukum-hukum keluarga yang dapat dipergunakan. Hal ini bertujuan untuk membantu mensukseskan belajar anak.
Ketiga, pengaruh keluarga berupa suasana rumah. Suasana yang dimaksud adalah situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi dalam keluarga. faktor ini merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan sebagai faktor yang disengaja.

Rumah dapat dijadikan sebagai media untuk melakukan banyak kegiatan seperti resepsi, pertemuan, pesta, upacara keluarga, dan sebagainya. Semua kegiatan yang dilakukan tersebut akan membentuk suasana tertentu dalam rumah tersebut. hal ini jelas akan memberi pengaruh terhadap belajar anak, dan baik atau buruknya pengaruh tersebut, sangat tergantung bagaimana anak menyikapinya.

Maka dari itu, orangtua harus memperhatikan suasana yang diinginkan sang anak ketika belajar. orangtua harus menciptakan suasana rumah yang dapat menunjang belajar sang anak. Namun, biasanya suasana rumah yang tenang dan tentram adalah pilihan terbaik untuk belajar.

Keempat, pengaruh keluarga berupa keadaan ekonomi keluarga. pada masa pertumbuhan belajarnya, kebutuhan sang anak harus terpenuhi. Kebutuhan utama adalah kebutuhan pokok, seperti makan, pakaian, fasilitas, dan sebagainya.

Keadaan ekonomi keluarga yang kurang baik, jelas akan mengganggu belajar anak. Namun, tak jarang juga faktor ekonomi keluarga yang kurang baik tersebut dapat menjadi pendorong bangkitnya semangat belajar sang anak untuk mencapai kesuksesan. Selain itu, kecenderungan untuk memanjakan anak seringkali terjadi pada keluarga dengan ekonomi yang baik atau lebih. Semua itu dapat mempengaruhi belajar.

Kelima, pengaruh berupa pengertian orangtua. Dalam belajar seseorang juga memerlukan dorongan dan pengertian dari orangtua. Terkadang adakalanya anak mengalami lemah semangat, adakalanya penuh semangat, adakalanya sangat giat, adakalanya kurang giat. Maka dari itu orangtua harus memberikan pengertian melalui langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasinya.

Keenam, pengaruh berupa latar belakang kebudayaan. Sikap seseorang dalam belajar juga dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarganya. Maka, langkah yang tepat adalah dengan menanamkan sejak usia dini kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat untuk belajar.

Faktor ekstern yang kedua adalah sekolah. Faktor sekolah pertama adalah metode mengajar, yaitu suatu cara yang harus dilalui di dalam mengajar. Dengan kata lain mengajar juga dapat diartikan dengan menyajikan bahan pelajaran oleh orang kepada orang lain agar orang lain itu menerima, menguasai dan mengembangkannya.

Metode mengajar yang kurang baik jelas akan mempengaruhi belajar yang tidak baik pula, dan sebaliknya. Metode mengajar yang kebanyakan diisi dengan ceramah seringkali tidak efektif. metode yang seperti ini jelas membuat bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat. Ada baiknya pengajar mencoba untuk lebih progresif dengan mencoba metode-metode baru. Metode tersebut hendaknya berorientasi pada peningkatan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi untuk belajar. selain itu metode tersebut juga harus diusahakan lebih efisien, tepat dan lebih efektif.

Faktor sekolah kedua adalah kurikulum. Kurikulum merupakan sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Dalam hal ini sebagian besar kegiatannya adalah menyajikan bahan pelajaran agar mereka menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran tersebut.

Kurikulum yang tidak baik jelas berpengaruh terhadap belajar yang tidak baik pula. Biasanya kurikulum yang tidak baik tersebut seperti terlalu padat, melebihi kemampuan, tidak sesuai bakat, minat dan perhatian. Maka dari itu kurikulum hendaknya lebih memperhatikan kebutuhan mereka.
Dalam hal ini pengajar harus mencoba untuk mendalami mereka lebih dalam lagi. Selain itu pengajar juga harus memiliki perencanaan yang mendetail agar dapat melayani mereka secara individual.
Faktor sekolah ketiga adalah relasi pengajar dengan pelajar. Proses belajar dan cara belajar juga dipengaruhi oleh relasi mereka dengan pengajar. Sebuah relasi yang baik, akan membuat mereka menyukai pengajar tersebut, sehingga mereka juga akan menyukai pelajaran yang diberikan pengajar tersebut.

Biasanya pengajar yang kurang berinteraksi dengan mereka secara akrab dapat menyebabkan proses belajar-mengajar itu menjadi kurang lancar. Selain itu, mereka juga akan merasa jauh dari pengajar, akibatnya mereka jadi segan untuk berpartisipasi secara aktif dalam belajar.

Faktor sekolah yang keempat adalah relasi pelajar dengan pelajar. Pelajar yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain mempunyai rasa rendah diri, atau sedang mengalami tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya, hal itu akan mengganggu belajarnya.

Bahkan bisa lebih parah lagi jika mereka tidak mau masuk sekolah, akibat di sekolah mengalami perlakukan yang kurang menyenangkan dari teman-temannya. jika terjadi hal demikian, hal tersebut jelas harus diselesaikan sesegera mungkin dengan memberikan pelayanan bimbingan dan penyuluhan agar mereka dapat diterima kembali dalam kelompoknya.

Faktor sekolah kelima adalah disiplin sekolah. Hal ini berhubungan dengan kerajinan pelajar dalam sekolah juga dalam dalam belajar. kedisiplinan tersebut mencakup kedisiplinan pengajar dalam mengajar dalam melaksanakan tata tertib, kedisiplinan dalalm lingkungan sekolah, kebersihan, ruang kelas, halaman dan lain-lain.

Pengajar merupakan contoh bagi yang di ajarinya. Jadi, pengajar hendaknya mampu memberikan contoh yang baik bagi mereka yang diajari. Terutama dalam hal kedisiplinan. Bagaimana bisa jika orang yang menjadi contohnya saja tidak disiplin, dapat mengharapkan mereka akan menjadi orang disiplin. Intinya, dimulai dari pengajar itu sendiri, mungkin setelah itu mereka pun akan meniru dan mengikutinya. Jika mereka disiplin dalam belajar, jelas belajar akan semakin lebih maju.

Faktor sekolah keenam adalah alat pelajaran. Dalam proses belajar mengajar diperlukan alat-alat yang menunjangnya. Hendaknya alat-alat tersebut selengkap dan setepat mungkin, sebab akan mampu memperlacar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada mereka. Jika mereka mudah dalam menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.
Faktor sekolah ketujuh adalah waktu sekolah. Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar-mengajar di sekolah, meliputi pagi hari, siang, sore atau malam hari. Waktu tersebut juga dapat memberikan pengaruh terhadap belajar. dalam hal ini, hendaknya sekolah mampu memilih waktu yang tepat untuk melangsungkan proses belajar mengajar. Sebab waktu yang tepat akan memberi pengaruh yang positif terhadap proses belajar.

Faktor sekolah kedelapan adalah standar pelajaran. Terkadang banyak juga pengajar yang senang menerapkan standar ukuran belajar yang di atas kemampuan pelajar. Lebih-lebih lagi bagi pengajar yang senang jika siswanya tidak berhasil mempelajari mata pelajarannya, karena alasan mempertahankan wibawa atau semacamnya. Hal seperti ini jelas tidak baik.

Pengajar dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan pelajarnya masing-masing. Dalam hal ini, yang terpenting adalah tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai bukan karena alasan lain.

Faktor sekolah kesembilan adalah keadaan ruang. Jumlah pelajar yang banyak dan variasi karakteristik yang bermacam-macam juga, menuntut keadaan ruang harus memadai.

Faktor sekolah kesepuluh adalah metode belajar. sebagian besar pelajar seringkali menerapkan metode belajar yang salah. Maka sebab itu pengajar hendaknya mampu memberikan pembinaan, agar cara belajar mereka menjadi lebih efektif. Semua itu juga sangat berhubungan dengan manajemen waktu dan kedisiplinan.

Faktor sekolah kesebelas adalah tugas rumah. Waktu belajar terutama adalah di sekolah, disamping untuk belajar waktu di rumah, biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Diharapkan pengajar jangan terlalu banyak memberikan tugas yang harus dikerjakan di rumah, yang menyebabkan mereka tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain.
Faktor ekstern yang ketiga adalah masyarakat. Masyarakat juga dapat mempengaruhui proses belajar seseorang terdiri dari beberapa hal berikut:

Faktor masyarakat pertama adalah kegiatan pelajar dalam masyarakat. Kegiatan pelajar dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi, kegiatan yang dilakukan terlalu banyak juga tidak baik baginya, sebab dapat mengganggu belajarnya.

Maka sebab itu, diperlukan batasan-batasan untuk hal ini. Hendaknya memilih kegiatan yang mendukung belajar. peran orangtua mungkin lebih dominan dalam hal ini.

Faktor masyarakat kedua adalah media massa. Media tersebut berupa media cetak atau digital seperti radio, TV surat kabar, majalah, buku, komik, dan sebagainya. Jika media ini baik maka akan memberi pengaruh yang baik terhadap mereka dan juga terhadap belajar. berlaku juga sebaliknya.

Maka, untuk hal ini, mereka perlu mendapat bimbingan atau kontrol yang harus cukup bijaksana dari pihak orangtua dan pendidikan didalam keluarga, masyarakat, atau sekolah.

Faktor masyarakat ketiga adalah teman bergaul. Pengaruh yang diberikan teman bergaul lebih cepat masuk dalam jiwa mereka. Maka dari itu agar mereka dapat belajar dengan baik, diperlukan usaha agar mereka memiliki teman bergaul yang baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari pihak yang bertanggung jawab untuk hal ini. Tidak hanya sekedar melarang keras atau membiarkan begitu saja tetapi dengan kebijaksanaan.

Faktor masyarakat keempat adalah bentuk kehidupan masyarakat. Jika dilihat dari tingkat pendidikannya, masyarakat dapat bervariasi. Masyarakat yang tidak baik untuk perkembangan belajar anak, akan mengakibatkan belajarnya menjadi terganggu dan bahkan bisa menyebabkan kehilangan semangat belajar. hal tersebut bisa saja disebabkan karena perhatiannya yang semula terpusat pada pelajaran berpindah ke perbuatan yang selalu dilakukan orang-orang yang ada disekitarnya yang tidak baik.

Maka, diperlukan lingkungan yang memang dapat mendorong semangat mereka untuk belajar lebih giat lagi. Cara yang bisa ditempuh adalah mengusahakan lingkungan yang baik atau lingkungan yang mampu memberi pengaruh positif terhadap mereka sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya.

Metode Belajar yang Baik


Metode belajar merupakan suatu cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Secara, belajar bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan, dan keterampilan. Setelah dikembangkan, cara-cara yang dipakai itu akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan belajar tersebut akan mempengaruhi belajar itu sendiri. Metode belajar tersebut dapat mencakup beberapa hal, sebagai berikut:

A. Pembuatan jadwal dan pelaksanaannya
Jadwal merupakan pembagian waktu untuk sejumlah kegiatan yang dilaksanakan oleh seseorang setiap hari. Jadwal tersebut berpengaruh terhadap belajar. agar belajar dapat berjalan dengan baik dan berhasil, maka perlu sekiranya mereka mempunyai jadwal yang baik dan melaksanakannya dengan lebih disiplin.

B. Membaca dan membuat catatan
Membaca jelas memberi pengaruh yang besar terhadap belajar. hampir sebagian besar kegiatan belajar adalah membaca. Agar mampu belajar dengan baik maka hendaknya membaca dengan baik pula, sebab membaca adalah alat belajar. begitu juga dengan mencatat, yang juga memberi pengaruh besar terhadap belajar. catatan yang tidak jelas, dan tidak tertatur antara materi yang berbeda akan menimbulkan rasa bosan dalam membaca, selanjutnya belajar menjadi kacau. Catatan tersebut pada umumnya hanya untuk menuliskan bagian yang penting saja, yang terpenting adalah mudah untuk digunakan ulang.

C. mengulangi bahan pelajaran
Bahan pelajaran yang mudah dilupakan atau belum dikuasai dengan melakukan pengulangan dapat tetap tertanam dalam memori. Sebenarnya, bukan hanya tentang membacanya kembali tetapi mempelajari kembali.

D. Konsentrasi
Merupakan pemusatan pikiran terhadap sesuatu dengan mengkesampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Konsentrasi ini berpengaruh besar terhadap belajar. sebab seseorang yang mengalami kesulitan berkonsentrasi, jelas belajarnya akan sia-sia. Dapat dikatakan, berkonsentrasi adalah kunci untuk berhasil dalam belajar.

E. mengerjakan tugas
Salah satu prinsip belajar adalah ulangan dan latihan. Maka, agar berhasil dalam belajar, perlu kiranya untuk mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya.

Dari sekian banyak penjelasan, mungkin yang pertama diingat adalah arti belajar sebenarnya. Kita dapat simpulkan belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan sekitar. Dalam memahami konsep belajar ini kita dapat mengacu pada berbagai teori belajar yang sudah banyak diungkapkan oleh para ahli, seperti teori R. Gagne.

Untuk dapat berhasil dalam belajar, perlu diperhatikan juga faktor yang mempengaruhi belajar itu sendiri. Faktor tersebut dibagi menjadi dua yaitu, faktor intern dan faktor ekstern. Hal ini harus diperhatikan untuk memperoleh belajar yang lebih baik dan efektif.

Selain itu, metode belajar pun harus diperhatikan. Tidak selamanya metode yang diyakini berhasil akan selalu berdampak sama pada setiap kondisi. Terkadang mencoba menerapkan metode belajar yang berbeda pada kondisi tertentu itu lebih baik.


(guidelines:)
Dakir, Pengantar Psikologi Umum, Institut Press-Ikip, Yogyakarta, 1976
Hamalik, Oemar, Metode Belajar Dan Kesulitan-Kesulitan Belajar, Tarsito, Bandung, 1975
The Liang Gie, Cara Belajar Yang Efisien, Gajah Mada Universities Press, Yogyakarta, 1970
Berbagai Artikel Dari Berbagai Blog

Posting Komentar

Apa Pendapat Anda?

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال