Pos Besar Yogyakarta merupakan bagian dari PT. Pos Indonesia di bawah naungan kementrian BUMN yang secara signifikan memiliki kekuatan pada jaringannya yang luas, pengenalan merek yang kuat, pengalaman jangka panjang, kualitas layanan dalam distribusi dan investasi dalam teknologi baru termasuk layanan online shopping.
Pos Besar Yogyakarta merupakan bagian dari PT. Pos Indonesia di bawah naungan kementrian BUMN, dimana perusahaan ini memiliki jaringan yang sangat luas hingga 4.800 kantor pos online. Jumlah titik layanan (Point of Sales) mencapai 58.700 titik dalam bentuk kantor pos, Agenpos, Mobile Postal Service, dan lain lain (posindonesia.co.id). Banyak Kantor Pos telah digantikan oleh Agen Pos untuk mengurangi biaya operasional dan pemeliharaan serta untuk menjaga kepadatan jaringan juga.
PT. Pos Indonesia telah berdiri sejak 26 Agustus 1746 yang artinya telah memiki citra merek yang kuat yang dikenal oleh masyarakat Indonesia. Ini berarti perusahaan telah memiliki basis pelanggan setia karena mempromosikan merek tepercaya dan citra ramah sederhana selama bertahun-tahun.
Inovasi terus dilakukan oleh Pos Indonesia antara lain pembangunan Post Shop yang merupakan pengembangan bisnis ritel yang diimplementasikan untuk merubah image Kantor pos konvensional menjadi Kantor Pos modern dengan pola layanan one stop shopping, yaitu Postal Services (jasa ritel) berupa layanan pengiriman surat, paket, jasa keuangan, penjualan Postal items (meterai, prangko, produk filateli dan lain lain), layanan Online Shopping (posindonesia.co.id).
Selain itu PT Pos Indonesia (Persero) menandatangani nota kesepahaman bersama 12 BUMN untuk menjalankan Sistem Logistik Nasional (Silognas) secara kian mulus (seamless logistic). Hal ini tentu akan menjadi peluang baru yang sangat signifikan bagi PT. Pos Indonesia.
Di sisi lain, kelemahannya adalah biaya operasional yang tinggi, budaya kerja dan permasalahan yang timbul karena PT. Pos Indonesia merupakan Badan Usaha Milik Negara. Biaya yang ditawarkan oleh PT. Pos Indonesia untuk ukuran berat kisaran per 1kg cenderung lebih mahal dibandingkan dengan perusahaan lain. Selain itu, waktu yang dibutuhkan juga lebih lama dibandingkan dengan jasa pengiriman lainnya. Namun jika berat barang yang dikirim adalah 3kg atau lebih, maka biaya yang ditawarkan lebih murah, tetapi waktu pengiriman tetap lebih lama daripada jasa lain.
Selain itu, seringkali kurir PT. Pos Indonesia tidak mengantar barang pelanggan ke tempat tujuan melainkan hanya di sampai pada lokasi agen pos terdekat. Kemudian pelanggan akan diminta untuk mengambilnya secara personal. Hal ini berbeda dengan jasa pengiriman lain yang mengantarkan setiap barang pelanggan ke tempat tujuan (rumah).
Dari sisi customer service, PT. Pos Indonesia juga terkesan lebih lamban dalam menangani setiap keluhan pelanggan. Tuntutan ganti rugi untuk setiap kesalahan yang terjadi pada pengiriman juga terkesan sangat lama. Berdasarkan ketentuan yang telah disebutkan di web resmi PT. Pos Indonesia: 2 bulan untuk EMS, 3 bulan untuk internasional, dan 4 bulan untuk paket biasa. Selain itu jumlah pengembalian juga tidak akan senilai dengan barang sebenarnya.
Analisis Lokasi Kantor Pos Besar Yogyakarta
(kelebihan dan kelemahan)
Analisis strategi PT. Pos Indonesia berdasarkan pada Porter’s Five Forces Analysis
(Studi: Kantor Pos Besar Yogyakarta)
1. Threat of new entrants (hambatan pendatang baru)
Risiko pesaing baru yang memasuki pasar pos Indonesia mulai meningkat secara bertahap, yang secara langsung maupun tidak langsung ikut dipengaruhi oleh liberalisasi pasar dan juga penerapan kebijakan perdagangan bebas yang mulai di berlakukan di Indonesia. Namun persaingan yang intensif tidak terjadi di semua jajaran layanan yang termasuk dalam kategori layanan yang bersifat universal tetapi hanya di beberapa segmen pasar pos yang terkait dengan pengangkutan barang di pusat kota besar. Alasannya adalah karena pesaing baru yang memasuki pasar pos baik sebagai perusahaan baru atau sebagai perusahaan yang sudah aktif (misalnya dalam layanan kurir) akan lebih memilih untuk fokus di daerah perkotaan besar yang memiliki peluang lebih baik untuk ekspansi.
selain itu persaingan di pasar pos berkembang cukup lambat meskipun telah diliberalisasikan. Tentu saja ini berbeda dengan pasar bisnis lain yang cenderung sangat cepat dan kompetitif. Hal ini karena pesaing baru mungkin menghadapi kendala seperti kesulitan mencapai skala ekonomi di semua jangkauan layanan pos, kesulitan untuk memperoleh reputasi dan keandalan, penyediaan layanan berkualitas, dan biaya-biaya yang terkait dengan pembangunan. Selain itu, karakteristik geografi dan populasi di Indonesia juga membuat biaya pengumpulan dan pengiriman menjadi sangat tinggi di beberapa wilayah.
2. Threat of potential substitutes (Ancaman pengganti potensial)
Di era digital ini, pasar pos menghadapi produk substitusi yang meningkat seiring dengan kemunculan berbagai saluran komunikasi lain seperti telepon, email, dan internet. Surat klasik telah diganti dengan surat elektronik. E-billing dan e-statement juga mulai diterapkan oleh bank dan perusahaan telekomunikasi dan penggunaannya diperkirakan akan meluas di tahun-tahun mendatang. Selain itu, Direct mail sudah menjadi alat komunikasi yang gratis daripada kompetitif, yang berarti bahwa tantangan utama bagi PT. Kantor Pos Besar Yogyakarta adalah bagaimana bertahan di lingkungan baru ini atau menciptakan produk baru yang lebih menguntungkan, seperti keuangan, ritel, dan properti.
3. Bargaining power of customers (daya tawar pembeli/pelanggan)
Pelanggan besar Kantor Pos Besar Yogyakarta seperti bisnis jasa dan ritel memiliki daya tawar yang signifikan yang mengarah pada penurunan harga. Di pasar pos, daya tawar pembeli sangat besar di sektor perbankan, perusahaan asuransi dan penerbit (media publikasi). Pelanggan memiliki kekuatan untuk menurunkan harga yang ditawarkan oleh perusahaan terhadap produk-produk mereka. Dibalik cerita, sekali lagi, dengan teknologi digital baru dan produk substitusi elektronik, pelanggan selalu dapat mengurangi frekuensi pengiriman atau menangani pengiriman email internal mereka sendiri atau dapat mencari mode komunikasi tambahan dengan klien mereka. Selain itu pengiriman berupa produk lain (selain surat) juga dipengaruhi oleh jasa lain seperti jasa transportasi umum yang secara tidak terbuka juga menyediakan jasa pengiriman barang. Ini juga memberikan kesempatan kepada pelanggan untuk meningkatkan daya tawar yang lebih kuat dengan memanfaatkan pilihan-pilihan yang ada. Terlebih lagi, beberapa pelanggan besar juga telah membangun transportasi secara khusus untuk produk-produk mereka demi menghemat biaya pengiriman.
4. Bargaining power of suppliers (kekuatan tawar-menawar pemasok)
Pemasok umumnya tidak secara khusus mempengaruhi perilaku dan kinerja perusahaan pos, termasuk Kantor Pos Besar Yogyakarta.
5. Competitive rivalry within industry (persaingan kompetitif dalam industri)
Yang terkuat dari lima kekuatan kompetitif adalah persaingan di antara pesaing yang berjuang untuk meningkatkan kinerja dan meningkatkan posisi mereka di pasar. Intensitas persaingan di pasar pos sudah tinggi di sektor kurir (pos kilat), pengiriman barang (selain surat), dan di sektor parsel. Tantangan di sektor-sektor ini semakin meningkat dan perubahan yang terjadi di tingkat ekonomi dan teknologi juga sangat menentukan. Tahun-tahun berikutnya, perusahaan pos akan semakin kompetitif terutama di daerah perkotaan.