Umumnya, ketika investor hendak melakukan analisis perusahaan, mereka mendasarkannya pada dua komponen utama dalam analisis fundamental ini, yaitu earning per share (EPS) dan price earning ratio (PER) atau disebut juga earning multiplier perusahaan. Untuk menghitung EPS, investor dapat menggunakan laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Laporan keuangan inilah yang akan menjadi input untuk melakukan analisis saham perusahaan tersebut.
Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu informasi yang paling mudah dan mudah didapatkan oleh investor. Laporan ini berguna untuk melihat sejauh mana perkembangan perusahaan dan bagaimana kondisi keuangan perusahaan saat ini. Selain itu, melalui laporan ini, investor juga bisa menghitung seberapa besar pertumbuhan earning yang telah dicapai perusahaan terhadap sejumlah saham yang mereka miliki.
Perbandingan antara jumlah earning (baca: laba bersih untuk pemegang saham) dengan jumlah lembar saham perusahaan, akan diperoleh komponen earning per share (EPS) tadi. Informasi EPS dapat memberi investor gambaran prospek earning perusahaan di masa depan dan ini adalah informasi paling mendasar dan berguna bagi mereka.
Laporan keuangan merupakan informasi yang berguna sebagai dasar untuk memahami komponen EPS. Dari laporan keuangan akan tergambar jumlah kekayaan perusahaan, jumlah penghasilan untuk setiap transaksi ekonomi, perubahaan-perubahan yang dilakukan perusahaan, dan penghasilan perusahaan.
Laporan keuangan juga berguna untuk membantu investor menentukan keputusan investasi yang paling menguntungkan. Dengan melakukan analisis pada laporan keuangan, investor bisa melihat perbandingan antara nilai intrinsik saham perusahaan dan harga saham perusahaan tersebut. Sehingga mereka bisa membuat keputusan menjual atau membeli tadi.
Apabila di kumpulkan dan disusun, kondisi keuangan perusahaan mungkin telah mengalami peningkatan atau penurunan sejumlah tertentu. Sederhananya, neraca memberikan informasi seputar gambaran aktiva dan kewajiban perusahaan hanya pada waktu tertentu saja, saat laporan tersebut disusun.
Penyusunan setiap pos dalam neraca diurut dimulai dari likuiditas (untuk aktiva) kemudian jangan waktu tempo (untuk pasiva). Semakin likuid aktiva-nya maka semakin didahulukan penyajian pos tersebut dalam aktiva di neraca. Sementara dibagian pasiva, semakin cepat jatuh tempo utang (kewajiban), maka penyajian pos-nya juga lebih di dahulukan. Sehingga, kita dapat menyebut neraca juga laporan aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemegang saham perusahaan pada suatu tanggal tertentu.
Laporan posisi keuangan disebut juga sebagai neraca karena antara sisi aktiva dan sisi pasiva (kewajiban+ekuitas) harus seimbang atau sama. Kondisi ini bisa digambarkan sama halnya dengan neraca yang juga musti seimbang antara sisi kanan dan sisi kirinya.
Kedua, Laporan laba rugi merupakan ringkasan profitabilitas perusahaan selama periode waktu tertentu. Bisa jadi itu tahunan atau bulanan. Laporan ini menunjukkan “revenue” yang diperoleh selama periode tersebut, expenses (biaya) yang dikeluarkan selama periode tersebut dan berbagai elemen lain yang pembentuk laba. Sehingga, laporan ini dapat mencerminkan perbedaan antara penghasilan dan biaya perusahaan selama periode tertentu, apakah mengalami kerugian atau keuntungan?
Investor dalam melakukan analisis laporan laba rugi perlu juga terlebih dahulu menganalisis unsur-unsur biaya yang tercantum di dalamnya. Dengan demikian, investor dengan mudah mengenali jenis biaya tersebut, mulai dari: biaya produksi, biaya administrasi dan umum, biaya bunga, dan biaya pajak penghasilan.
Biaya produksik berkaitan dengan semua biaya yang bersifat langsung terkait dengan aktivitas produksi untuk menghasilkan output (barang dan atau jasa) yang akan dijual perusahaan. Sementara, Biaya administrasi dan umum berkaitan dengan biaya overhead, biaya gaji, periklanan, dan biaya lainnya yang tidak terkait dengan biaya produksi dan biaya yang bersifat langsung.
Biaya bunga berkaitan dengan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan sebagai konsekuensi penggunaan utang. Kemudian, biaya pajak penghasilan berkaitan dengan kewajiban perusahaan untuk membayar sejumlah pajak kepada pemerintah.
Informasi yang terdapat dalam laporan laba rugi inilah yang bisa dijadikan oleh investor sebagai dasar untuk menilai seberapa besar dividen yang akan didapatkan oleh investor ketika melakukan investasi (dikenal juga dengan istilah ROI, Return on Invesment). Dengan kata lain, informasi ini berguna untuk menilai seberapa besar earning yang akan diperoleh oleh investor untuk setiap saham yang dibeli (dikenal dengan EPS, Earning per Share).
Ketiga, Laporan Arus Kas (The Statement of Cash Flows). Disebut juga sebagai laporan perubahan posisi finansial atau laporan aliran dana perusahaan, merupakan laporan yang memuat aliran kas yang berasal dari tiga sumber. Mulai dari: operasional perusahaan, investasi, dan aktivitas finansial yang dilakukan oleh perusahaan.
Laporan arus kas yang berasal dari operasional yang dilakukan perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas untuk melunasi hutang, pembiayaan operasi perusahaan, pembayaran dividen, dan melakukan investasi baru.
Aktivitas investasi dalam laporan arus kas menunjukkan pengeluaran dan pemasukkan kas perusahaan yang berkaitan dengan investasi yang dilakukan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan di masa yang akan datang.
Sementara, aktivitas finansial dalam laporan arus kas menunjukkan prediksi klaim (Porsi kepemilikan) terhadap arus kas di masa depan oleh para pemilik modal di perusahaan.
Ada dua perbedaan antara laporan laba rugi dan neraca dengan laporan arus kas perusahaan. Pertama, Neraca dan laporan laba rugi disusun atas dasar metode aktual akrual akuntasi, yaitu penerimaan dan biaya-biaya dicatat ketika transaksi tersebut terjadi, meskipun dalam kenyataannya tidak menyebabkan perubahan aliran kas perusahaan. Sementara, laporan arus kas hanya mencatat transaksi yang menyebabkan terjadinya aliran secara nyata.
Sebagai contoh, toko A menjual barang yang akan dibayar pada hari ke 30 kemudian. Itu berarti, toko A tersebut belum menerima pembayaran atas pembelian yang terjadi tersebut, namun pada laporan laba rugi tetap akan dicatat sebagai penerimaan penjualan dan neraca mencatatnya sebagai piutang dagang. Sementara laporan arus kas belum mencatat transaksi tersebut sampai piutang tersebut dibayarkan oleh sipembeli tadi.
Kedua, laporan laba rugi di tambahkan ke pos depresiasi untuk “menghaluskan” pengeluaran modal yang terlalu besar dalam laporan laba rugi. Ini berarti, dengan memasukkan pos depresiasi dalam laporan laba rugi, maka pengeluaran modal yang terlalu tinggi dalam periode tertentu bisa dihitung dalam beberapa tahun, sehingga keuntungan perusahaan akan tampak lebih “halus”. Sedangkan laporan arus kas hanya mencatat transaksi pengeluaran modal perusahaan saat transaksi itu benar-benar terjadi.
Investor tentu saja menginginkan laporan keuangan seperti apa adanya, karena ini penting bagi mereka untuk membuat keputusan investasi yang akan dilakukan. Sementara di sisi manajemen menginginkan hal berbeda, mereka tentu menginginkan penampilan laporan keuangan yang lebih “menarik” untuk dilihat. Kinerja manajemen akan terlihat bagus jika laporan keuangan yang dihasilkan bisa menunjukkan bahwa perusahaan terus untung atau grafiknya terus miring keatas dari kiri ke kanan.
Lalu bagaimana cara mengatasinya? Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi konflik kepentingan ini adalah dengan memberlakukan peran prinsip-prinsip dan kode etik etik akuntasi. Sebab posisi akuntan sebagai penyusun laporan keuangan akan berada di tengah-tengah antara kepentingan investor dan manajemen. Selain itu, penggunaan tenaga auditor eksternal yang netral juga bisa digunakan sebagai suatu langkah untuk mengurangi konflik tersebut.
Kelemahan kedua adalah menyangkut kemampuan laporan keuangan untuk menggambarkan kondisi perusahaan yang paling terbaru. Ini muncul karena laporan keuangan umumnya disusun per akhir periode (akhir tahun). Bertujuan untuk memberikan gambaran perubahan-perubahan yang terjadi selama periode tersebut. Namun, pada kenyataannya masih berupa gambaran (snapshot) sesaat tentang kondisi perusahaan pada saat laporan keuangan tersebut dibuat.
Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu informasi yang paling mudah dan mudah didapatkan oleh investor. Laporan ini berguna untuk melihat sejauh mana perkembangan perusahaan dan bagaimana kondisi keuangan perusahaan saat ini. Selain itu, melalui laporan ini, investor juga bisa menghitung seberapa besar pertumbuhan earning yang telah dicapai perusahaan terhadap sejumlah saham yang mereka miliki.
Perbandingan antara jumlah earning (baca: laba bersih untuk pemegang saham) dengan jumlah lembar saham perusahaan, akan diperoleh komponen earning per share (EPS) tadi. Informasi EPS dapat memberi investor gambaran prospek earning perusahaan di masa depan dan ini adalah informasi paling mendasar dan berguna bagi mereka.
Laporan keuangan merupakan informasi yang berguna sebagai dasar untuk memahami komponen EPS. Dari laporan keuangan akan tergambar jumlah kekayaan perusahaan, jumlah penghasilan untuk setiap transaksi ekonomi, perubahaan-perubahan yang dilakukan perusahaan, dan penghasilan perusahaan.
Laporan keuangan juga berguna untuk membantu investor menentukan keputusan investasi yang paling menguntungkan. Dengan melakukan analisis pada laporan keuangan, investor bisa melihat perbandingan antara nilai intrinsik saham perusahaan dan harga saham perusahaan tersebut. Sehingga mereka bisa membuat keputusan menjual atau membeli tadi.
Informasi umum yang tergambar dalam laporan keuangan, seperti yang kita ketahui, yaitu: neraca, laporan laba rugi, dan laporan aliran kas perusahaan
Pertama, Neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan kondisi finansial perusahaan pada suatu periode tertentu. Biasanya disebut juga sebagai snapshot, yaitu gambaran sesaat layaknya foto, karena hanya memberikan invostor informasi posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu saja.Apabila di kumpulkan dan disusun, kondisi keuangan perusahaan mungkin telah mengalami peningkatan atau penurunan sejumlah tertentu. Sederhananya, neraca memberikan informasi seputar gambaran aktiva dan kewajiban perusahaan hanya pada waktu tertentu saja, saat laporan tersebut disusun.
Penyusunan setiap pos dalam neraca diurut dimulai dari likuiditas (untuk aktiva) kemudian jangan waktu tempo (untuk pasiva). Semakin likuid aktiva-nya maka semakin didahulukan penyajian pos tersebut dalam aktiva di neraca. Sementara dibagian pasiva, semakin cepat jatuh tempo utang (kewajiban), maka penyajian pos-nya juga lebih di dahulukan. Sehingga, kita dapat menyebut neraca juga laporan aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemegang saham perusahaan pada suatu tanggal tertentu.
Laporan posisi keuangan disebut juga sebagai neraca karena antara sisi aktiva dan sisi pasiva (kewajiban+ekuitas) harus seimbang atau sama. Kondisi ini bisa digambarkan sama halnya dengan neraca yang juga musti seimbang antara sisi kanan dan sisi kirinya.
Kedua, Laporan laba rugi merupakan ringkasan profitabilitas perusahaan selama periode waktu tertentu. Bisa jadi itu tahunan atau bulanan. Laporan ini menunjukkan “revenue” yang diperoleh selama periode tersebut, expenses (biaya) yang dikeluarkan selama periode tersebut dan berbagai elemen lain yang pembentuk laba. Sehingga, laporan ini dapat mencerminkan perbedaan antara penghasilan dan biaya perusahaan selama periode tertentu, apakah mengalami kerugian atau keuntungan?
Investor dalam melakukan analisis laporan laba rugi perlu juga terlebih dahulu menganalisis unsur-unsur biaya yang tercantum di dalamnya. Dengan demikian, investor dengan mudah mengenali jenis biaya tersebut, mulai dari: biaya produksi, biaya administrasi dan umum, biaya bunga, dan biaya pajak penghasilan.
Biaya produksik berkaitan dengan semua biaya yang bersifat langsung terkait dengan aktivitas produksi untuk menghasilkan output (barang dan atau jasa) yang akan dijual perusahaan. Sementara, Biaya administrasi dan umum berkaitan dengan biaya overhead, biaya gaji, periklanan, dan biaya lainnya yang tidak terkait dengan biaya produksi dan biaya yang bersifat langsung.
Biaya bunga berkaitan dengan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan sebagai konsekuensi penggunaan utang. Kemudian, biaya pajak penghasilan berkaitan dengan kewajiban perusahaan untuk membayar sejumlah pajak kepada pemerintah.
Informasi yang terdapat dalam laporan laba rugi inilah yang bisa dijadikan oleh investor sebagai dasar untuk menilai seberapa besar dividen yang akan didapatkan oleh investor ketika melakukan investasi (dikenal juga dengan istilah ROI, Return on Invesment). Dengan kata lain, informasi ini berguna untuk menilai seberapa besar earning yang akan diperoleh oleh investor untuk setiap saham yang dibeli (dikenal dengan EPS, Earning per Share).
Ketiga, Laporan Arus Kas (The Statement of Cash Flows). Disebut juga sebagai laporan perubahan posisi finansial atau laporan aliran dana perusahaan, merupakan laporan yang memuat aliran kas yang berasal dari tiga sumber. Mulai dari: operasional perusahaan, investasi, dan aktivitas finansial yang dilakukan oleh perusahaan.
Laporan arus kas yang berasal dari operasional yang dilakukan perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas untuk melunasi hutang, pembiayaan operasi perusahaan, pembayaran dividen, dan melakukan investasi baru.
Aktivitas investasi dalam laporan arus kas menunjukkan pengeluaran dan pemasukkan kas perusahaan yang berkaitan dengan investasi yang dilakukan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan di masa yang akan datang.
Sementara, aktivitas finansial dalam laporan arus kas menunjukkan prediksi klaim (Porsi kepemilikan) terhadap arus kas di masa depan oleh para pemilik modal di perusahaan.
Ada dua perbedaan antara laporan laba rugi dan neraca dengan laporan arus kas perusahaan. Pertama, Neraca dan laporan laba rugi disusun atas dasar metode aktual akrual akuntasi, yaitu penerimaan dan biaya-biaya dicatat ketika transaksi tersebut terjadi, meskipun dalam kenyataannya tidak menyebabkan perubahan aliran kas perusahaan. Sementara, laporan arus kas hanya mencatat transaksi yang menyebabkan terjadinya aliran secara nyata.
Sebagai contoh, toko A menjual barang yang akan dibayar pada hari ke 30 kemudian. Itu berarti, toko A tersebut belum menerima pembayaran atas pembelian yang terjadi tersebut, namun pada laporan laba rugi tetap akan dicatat sebagai penerimaan penjualan dan neraca mencatatnya sebagai piutang dagang. Sementara laporan arus kas belum mencatat transaksi tersebut sampai piutang tersebut dibayarkan oleh sipembeli tadi.
Kedua, laporan laba rugi di tambahkan ke pos depresiasi untuk “menghaluskan” pengeluaran modal yang terlalu besar dalam laporan laba rugi. Ini berarti, dengan memasukkan pos depresiasi dalam laporan laba rugi, maka pengeluaran modal yang terlalu tinggi dalam periode tertentu bisa dihitung dalam beberapa tahun, sehingga keuntungan perusahaan akan tampak lebih “halus”. Sedangkan laporan arus kas hanya mencatat transaksi pengeluaran modal perusahaan saat transaksi itu benar-benar terjadi.
Investor juga tidak bisa memungkiri bahwa laporan keuangan ini memiliki kelemahan sebagai dasar komponen Earning Per Share (EPS). Ini diantaranya yang paling umum:
Meski mudah didapatkan dan memiliki banyak kegunaan bagi investor, Laporan keuangan juga memiliki kelemahan terutama yang berkaitan dengan pelaporan earning perusahaan. Masalah pada pelaporan earning ini dapat terjadi umumnya karena adanya konflik kepentingan antara sisi investor sebagai pengguna, dan manajemen di sisi lain sebagai penyaji laporan keuangan.Investor tentu saja menginginkan laporan keuangan seperti apa adanya, karena ini penting bagi mereka untuk membuat keputusan investasi yang akan dilakukan. Sementara di sisi manajemen menginginkan hal berbeda, mereka tentu menginginkan penampilan laporan keuangan yang lebih “menarik” untuk dilihat. Kinerja manajemen akan terlihat bagus jika laporan keuangan yang dihasilkan bisa menunjukkan bahwa perusahaan terus untung atau grafiknya terus miring keatas dari kiri ke kanan.
Lalu bagaimana cara mengatasinya? Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi konflik kepentingan ini adalah dengan memberlakukan peran prinsip-prinsip dan kode etik etik akuntasi. Sebab posisi akuntan sebagai penyusun laporan keuangan akan berada di tengah-tengah antara kepentingan investor dan manajemen. Selain itu, penggunaan tenaga auditor eksternal yang netral juga bisa digunakan sebagai suatu langkah untuk mengurangi konflik tersebut.
Kelemahan kedua adalah menyangkut kemampuan laporan keuangan untuk menggambarkan kondisi perusahaan yang paling terbaru. Ini muncul karena laporan keuangan umumnya disusun per akhir periode (akhir tahun). Bertujuan untuk memberikan gambaran perubahan-perubahan yang terjadi selama periode tersebut. Namun, pada kenyataannya masih berupa gambaran (snapshot) sesaat tentang kondisi perusahaan pada saat laporan keuangan tersebut dibuat.