Jika kamu melihat dalam banyak laporan atau dalam berita, kamu akan melihat banyak ragam hasil panen yang didapatkan oleh petani kelapa sawit. Ada yang menyebutkan bahwasanya petani mendapatkan hasil panen 10 pertahun (833kg/bulan). Bahkan ada yang mendapatkan hasil panen 18-25 ton pertahun. Adapula yang hanya menghasilkan di bawah 5 ton per hektar/tahun. Singkatnya hasil yang dilaporkan sangat beragam. Ada yang banyak ada yang sedikit.
Ya, yang jelas setiap daerah, setiap kebun kelapa sawit memiliki hasil yang berbeda-beda. Kita tidak dapat membandingkan dan menyatakannya secara sederhana, atau mengklaim pihak-pihak tertentu belum optimal dalam mengelola tanaman kelapa sawit mereka dengan berlandaskan pada hasil panen semata. Ada banyak faktor yang mempengaruhi mengapa suatu pihak mendapatkan hasil yang lebih rendah dari pihak lain.
Apakah kamu dalam upaya membandingkan hasil panen suatu kebun kelala sawit yang dikelola oleh sebuah perusahaan dengan hasil panen kelapa sawit yang dikelola oleh masyarakat atau perorangan? Maka itu kurang tepat dilakukan. Bahkan membandingkan hasil antar sesama petani pun kurang tepat dilakukan. Sementara kemampuan masing-masing pihak berbeda-beda dalam banyak hal ini.
Di daerah saya juga berlaku hal yang demikian. Meskipun berada dalam satu kawasan, dengan karakteristik tanah yang sama, jenis bibit yang sama pula, usia tanaman yang sama, dan dengan metode perawatan serta pemupukan yang sama, hasil yang didapatkan tetap berbeda-beda.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil panen kelapa sawit tersebut. Selain dari hal-hal yang bersifat teknikal, adapula faktor-faktor lain yang mempengaruhi produktivitas tanaman kelapa sawit khususnya milik masyarakat:
1. Dana yang Terbatas
Ini adalah faktor yang paling utama dan umum dirasakan oleh petani kelapa sawit. Dikarenakan biaya untuk olah lahan sawit cukup besar, petani mencoba mehemat pengeluaran mereka mulai dari awal pengolahan lahan hingga masa panen buah pasir mulai dilakukan. Selain itu biaya perawatan dan pemupukan untuk tanaman menghasilkan (TM) pun dirasa sangat besar. Pada akhirnya pengelolaan terhadap kebun kelapa sawit tidak optimal.
Seharusnya setelah sawit berumur lebih dari 9 tahun hendaknya dilakukan remediasi tanah. Agar kesuburan tanah dikebun kelapa sawit kembali normal seperti awal masa tanam terlebih dahulu. Tetapi itu membutuhkan biaya yang cukup besar.
Untuk mengetahui kebutuhan tanaman kelapa sawit secara spesifik perlu dilakukan penelitian tertentu. Mulai dari kebutuhan tanaman kelapa sawit itu sendiri hingga kondisi tanah saat ini. Tetapi itu juga membutuhkan biaya yang cukup besar.
Peralatan pertanian juga sangat diperlukan untuk membantu petani dalam upaya meningkatkan produktivitas tanaman mereka. Tetapi itu juga akan membutuhkan biaya tambahan dan biaya perawatan lainnya.
Tidak ada jaminan ketika petani mencoba mengeluarkan dana sedemikian banyak akan meningkatkan produktivitas tanaman yang dikelola. Oleh karena itu, petani lebih memilih cara sederhana dan hemat biaya dalam pengelolaan tanaman kelapa sawit mereka. Mulai dari pruning, pembersihan lahan, dan pemupukan seperlunya.
2. Akses Langsung ke Pabrik
Khususnya petani-petani kecil, mereka kesulitan dalam penjualan hasil panen mereka langsung ke pabrik. Sehingga mereka bekerjasama dengan toke-toke yanh berada dekat dengan perkebunan kelapa sawit milik mereka. Dimana harga yang ditawarkan oleh toke memiliki selisih yang terkadang terbilang cukup besar. Ini juga mengurangi pemasukan bagi petani. Sementara biaya-biaya yang dikeluarkan untuk perawatan dan pemupukan semakin meningkat. Oleh karena itu, petani terpaksa memangkas kebutuhan akan tanaman kelapa sawit mereka.
3. Biaya Tenaga Kerja Terus Meningkat
Biaya tenaga kerja yang terus meningkat juga mempengaruhi penghasilan petani kelapa sawit. Pasalnya untuk mneggunakan jasa tenaga kerja petani perlu menyisihkan sekian persen dari hasil panen mereka untuk keperluan biaya tenaga kerja. Oleh karena itu, petani terkadang kesulitan dalam pembiayaan kebutuhan lain seperti perawatan dan pemupukan hingga proses bioremediasi tanah. Pada akhirnya produksi tanaman kelapa sawit terus mengalami penurunan.
Petani mungkin ingin menggunakan jasa profesional dibidang pertanian dan perkebunan untuk mengetahui kebutuhan sebenarnya akan tanaman-tanaman yang mereka budidayakan. Tetapi kendala biaya yang cukup besar adalah persoalan paling penting untuk dipertimbangkan. Maka petani melakukan pengelolaan sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.
4. Hama Tanaman Kelapa Sawit
Hasil panen kelapa sawit juga dipengaruhi oleh hama-hama yang menyerang buah kelapa sawit. Beberapa daerah bahkan sering terjadi kegagalan panen akibat populasi hama yang terlalu banyak. Mulai dari monyet, tupai, babi hutan, tikus kebun, dan lainnya, yang tidak lain berpotensi mengurangi bahkan menyebabkan kegagalan panen dari yang seharusnya didapatkan oleh petani.
Sebagian daerah mungkin tidak memiliki hama yang secara signifikan dapat mengurangi hasil panen kelapa sawit mereka, tetapi sebagian daerah tidak. Ini telah menjadi permasalahan yang penting dalam upaya peningkatan kualitas dan kuantitas hasil panen tananam kelapa sawit petani.
5. Cara Berpikir Petani Tradisional
Petani tradisional cenderung berpikir tentang bagaimana cara agar lebih hemat biaya. Mereka menganggap bahwa perawatan dan pemupukan adalah pengeluaran yang sia-sia. Bahkan sampai pada tahap dimana mereka mencoba memangkas biaya-biaya wajib yang harusnya dikeluarkan demi kebutuhan konsumsi. Ini adalah persoalan yang datang dari kepribadian petani itu sendiri. Petani keberatan melakukan pengeluaran untuk perawatan dan pemupukan yang seharusnya dilakukan demi mendapatkan hasil yang lebih baik. Hal ini pun mempengaruhi produksi tanaman kelapa sawit yang mereka kelola.
Kesimpulannya kita tidak dapat membandingkan hasil panen suatu kebun kelapa sawit pada suatu wilayah dengan kebun kelapa sawit di daerah lain. Kemampuan setiap pemilik kelapa sawit berbeda-beda. Maka terlebih dahulu, secara personal berupaya semampu kita untuk meningkatkan produktivitas tanaman yang dikelola. Tetap belajar dan menambah wawasan terkait dengan apa yang sedang dibudidayakan, termasuk tanaman kelapa sawit ini.