Akhir-akhir ini petani di Indonesia mulai banyak yang beralih ke tanaman kelapa sawit. Pasalnya harga yang berlaku saat ini cukup menggiurkan karena kebutuhan akan bahan mentah ini semakin lama semakin tinggi. Minyak kelapa sawit dimanfaatkan dan diolah menjadi berbagai kebutuhan pokok termasuk salah satunya minyak goreng. Minya kelapa sawit pun mulai dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk produk-produk lain yang mulai dikembangkan dengan teknologi yang ada.
Fundamental untuk komoditas ini sangat baik untuk kedepannya. Apalagi saat ini negara-negara di dunia sedang mencanangkan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku BBM. Sehingga potensi kelapa sawit semakin baik untuk ke depannya.
Saya melihat banyak diantara petani-petani mulai beralih ke budidaya kelapa sawit. Selain dari pengelolaan yang lebih mudah dan sistem pemanenan juga tidak membutuhkan pengeluaran yang banyak dalam hal penggunaan tenaga kerja.
Sebagai akibatnya permintaan akan bibit kelapa sawit siap tanam pun meningkat pesat. Penangkaran yang ada mulai kekurangan pasokan bibit siap tanam. Saya pun kesulitan untuk mendapatkan bibit yang telah berumur tua tersebut.
Dari sini saya kira bisnis pembibitan kelapa sawit memiliki potensi yang baik untuk saat ini dan ke depannya. Ketersediaan lahan di Indonesia untuk budidaya tanaman kelapa sawit masih cukup luas.
Kita akan mencoba mengulas seberapa besar potensi keuntungan yang bisa kita dapatkan dari bisnis penangkaran bibit kelapa sawit.
1. Keputusan Investasi Pada Bisnis Pembibitan Kelapa Sawit
Paling utama yang perlu diputuskan adalah lokasi penangkaran itu sendiri. Lokasi yang strategis akan memudahkan pengusaha dalam beberapa bagian. Lokasi usaha juga perlu memperhatikan semua yang disyaratkan oleh produk-produk yang diproduksi. Dalam hal budidaya bibit tanaman kelapa sawit ini, kebutuhan akan tanah yang subur, medan tanah yang datar, dan penyinaran cahaya matahari yang cukup setiap harinya. Itu merupakan hal-hal penting yang tidak boleh diabaikan.
Membut keputusan lokasi juga perlu memperhatikan akses lokasi yang mudah di capai oleh konsumen. Selain itu dengan memilih lokasi yang strategis juga akan memudahkan pengusaha dalam proses pemasaran produk. Keputusan lokasi juga akan mempengaruhi biaya-biaya yang lain. Jika lokasi yang ditetapkan strategis, pemasaran tidak akan menjadi sulit dan mahal.
2. Legalitas Usaha
Ini penting untuk keberlanjutan sebuah bisnis pembibitan kelapa sawit. Dengan legalitas ini posisi usaha menjadi kuat di mata hukum. Selain itu, legalitas juga dapat menunjang kepercayaan konsumen atas produk-produk usaha yang dilakukan.
3. Menjalin Kerjasama dengan Pemasok yang Berada Dalam Pengawasan Dinas Pertanian dan Perkebunan
Pengusaha penangkaran perlu memikirkan suplai bibit yang bermutu dari pemasok yang dapat dipercaya. Umumnya pemasok yang telah berada dalam pengawasan Dinas Pertanian dan Perkebunan dapat dijadikan pilihan pertama dalam mendapatkan bibit varietas unggul. Bisa juga dengan bekerjasama dengan perusahaan yang telah berpengalaman dan dapat dipercaya di bidang ini.
4. Melakukan Percobaan Untuk Menguji kualitas Bibit yang Dipilih
Ini pilihan lain yang sekiranya cukup penting untuk dilakukan. Dengan melakukan uji coba tanam bibit kelapa sawit tersebut, pengusaha dapat melihat kualitas akan bibit tersebut. Dengan demikian pengusaha lebih percaya diri akan kualitas produk mereka sendiri. Selain itu ini juga dapat meminimalisir risiko kegagalan usaha dikemudian hari.
5. Survei Pasar
Pengusaha perlu melakukan survei ke pasar untuk melihat seberapa besar harga yang berlaku dipasar. Dengan kualitas produk yang sama, pengusaha bisa menetapkan harga yang akan ditawarkan kepada pembeli. Selain itu pengusaha juga bisa melihat secara mendetail bagaimana keadaan pasar yang sesungguhnya untuk produk ini. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pengusaha bisa membuat keputusan-keputusan lain yang terkait dengan produksi dan pemasaran produk mereka.
6. Promosi Usaha
Pada tahap awal pemasaran, pengusaha perlu melakukan promosi usaha agar mereka bisa mendapatkan posisi sendiri di pasar. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk promosi tersebut mulai dari door-to-door, menggunakan jasa tokoh-tokoh masyarakat, hingga menjalin kerjasama dengan petani kelapa sawit.
Pada tahap awal ini sekiranya penting untuk menawarkan harga promosi (berada di bawah harga pasar) kepada konsumen. Dengan berdasar pada ukuran usia bibit yang ditawarkan. Contoh, untuk usia bibit 10 bulan harga yang berlaku di pasar adalah Rp. 35.000, maka pengusaha bisa menawarkan harga Rp. 30.000.
7. Evaluasi dan Penyesuaian Keputusan Awal
Setelah pengusaha mulai memasarkan produk mereka yang merupakan ujung tombak suatu bisnis, bisa dilihat bagaimana bisnis itu berjalan. Sekiranya akan ada perubahan-perubahan yang perlu dilakukan untuk meningkatkan keuntungan yang dapat diperoleh.
8. Gambaran Dana yang Akan Diinvestasikan untuk Usaha Penangkaran Bibit Kelapa Sawit
Modal Awal:
Tanah 1/4 ha = Rp. 250.000.000 (1m2 = Rp. 100.000)
Biji Kelapa Sawit = @Rp. 10.000 × 3.000 = Rp. 30.000.000
Olah Lahan dan Fasilitas = Rp. 50.000.000
Total Investasi awal= Rp. 330.000.000
Operasional:
Tenaga Kerja = 2 pekerja × Rp. 1.500.000/bulan = Rp. 3.000.000 × 10 bulan = Rp. 30.000.000
Pupuk = 500 kg NPK Mutiara × Rp. 15.000/kg = Rp. 7.500.000
Kendaraan, Listrik, Air, Telepon = Rp. 1.000.000/bulan × 10 bulan = Rp. 10.000.000
Promosi awal= Rp. 2.000.000
Total biaya operasional selama 10 bulan = Rp. 49.500.000
Penjualan 3.000 bibit usia 10 bulan:
3.000 × Rp. 35.000 = Rp. 105.000.000
Keuntungan penjulan 3.000 bibit dalam kurun waktu 10 bulan
Rp. 105.000.000 - 49.500.000 = Rp. 55.500.000
Jangka waktu balik modal:
Rp. 330.000.000 : Rp. 55.500.000 = 5,9 atau 6 kali penjualan,
atau dalam hitungan bulan:
6 × 10 bulan = 60 bulan (5 tahun)
Walau bagaimanapun modal yang diperlukan serta kebutuhan biaya operasional hingga penjualan ini akan berbeda-beda untuk setiap daerah. Oleh karena itu, biaa jadi lebih besar ataupun lebih kecil dari yang kita perhitungkan.
9. Tips dan Pengembangan Usaha
Jika pengusaha berhasil dalam penjualan pertama. mungkin pengusaha bisa meningkatkan jumlah produksi mereka. Dalam hal ini menambah jumlah bibit kelapa sawit itu sendiri. Contoh dari 3.000 bibit menjadi 5.000 bibit.
Sebaiknya jaga keseimbangan antara jumlah produksi dengan jumlah penjualan bibit tersebut. Pastikan tidak ada lahan yang kosong, sehingga tidak terbuang sia-sia. Secara otomatis terdapat beragam usia bibit kelapa sawit tersebut. Dengan demikian setiap bulannya telah ada bibit yang siap untuk dijual (siap tanam) kepada konsumen.
Jika permintaan terus meningkat mungkin sudah saatnya pengusaha melakukan perluasan lahan penangkaran, sehingga memiliki kesempatan untuk meningkatkan jumlah produksi dan penjualan.